MENGEMBANGKAN KECERDASAN
SPIRITUAL BAGI ANAK BALITA
Qurrota A'yun
Abstrak
Kecerdasan intelektual memang menentukan keberhasilan seseorang.
Akan tetapi, sebenarnya ada kecerdaasan lain yang lebih penting, yang
menentukan kebahagiaan seseorang. Bukankah kebahagiaanlah yang kita cari di
dunia ini? Bukan harta, pangkat, atau jabatan. Kecerdasan tersebut adalah
kecerdasan spiritual, kecerdasan yang tertinggi yang dimiliki manusia.
Kecerdasan spiritual tidak tumbuh saat dewasa. Akan tetapi, harus dipupuk dan dibangkitkan
semenjak dini. Artikel ini merupakan panduan bagaimana menstimulasi kecerdasan
spiritualsejak dini kepada anak. Dengan kecerdasan siritual, kita dapat
memahami esensi kita di dunia ini. Dengan demikian, diharapkan kita dapat
bermanfaat bukan saja bagi diri kita, melainkan juga orang-orang disekitar
kita. Kecerdasan spiritual juga membukakan mata batin kita, bahwa ada kekuatan
diluar diri kita yang lebih besar. Kekuatan tersebut adalah Tuhan. Dengan
kecerdasan spiritual, kedekatan dengan-Nya pun dapat terjalin harmonis.
Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual,
Model Pendidikan, dan Anak Balita
PENDAHULUAN
Sebagai
makhluk yang paling sempurna diciptakan,
manusia dikaruniai akal dan kecerdasan. Dengan akal dan kecerdasannya tersebut,
manusia dapat menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi ini. Kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan
intelektual merupakan syarat minimum kompetensi. Dalam mencapai kesuksesan,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual lebih berperan. Selama ini ada
anggapan yang keliru mengenai barometer anak yang berkualitas. Lembaga
pendidikan bertahun-tahun mengagungkan prestasi siswanya hanya dari perolehan
nilai-nilai hasil ujian yang bersifat metematis saja, sedangkan kematangan
kepribadian yang diperlihatkan dari nilai etika seakan terabaikan. Begitu pula
fenomena yang terjadi dalam keluarga dan
masyarakat. Ranking kelulusan dianggap sebagai cerminan kualitas anak, yang
baru didominasi oleh kemampuan intelektualnya saja. Pada hal kalau kita amati
kecerdasan rapor (IQ,IP) hanya mengukur kemampuan bahasa dan metematika,
sementara kreativitas, kapasitas emosi,
nuansa spiritual, dan hubungan sosial tidak diukur oleh IQ (Taufik Pasiak, 2005: 121).
Bertahun-tahun bahkan berabad-abad lamanya sampai hari ini, orang yang berIQ
tinggi begitu dikagumi, namun setelah
sekian lama hal itu menjadi jastifikasi kesuksesan seseorang,
perlahan-lahan tapi pasti ternyata tidak setiap orang yag ber-IQ tinggi dapat meraih kesuksesan. Sebagian besar orang yang ber-IQ tinggi mengalami
kegagalan dalam menata hidupnya karena tidak diimbangi dengan kecerdasan
spiritual. Betapa banyak orang cerdas bunuh diri akibat tidak mampu menerima
kegagalan. Orang yang cerdas secara IQ dan miskin spiritual, pada umumnya
selalu mengalami rasa cemas, takut gagal, dan cenderung kurang bergaul.Dalam
mengatasi hal tersebut, maka perlu ada pengembangan kecerdasan spiritual anak,
agar kelak mereka menjadi orang yang tetap istiqomah.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
KECERDASAN SPIRITUAL
Secara
terminologi, kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan pokok yang dengannya
dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai, menempatkan tindakan atau
suatu jalan hidup dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna. (Zohar dan
Marshall, 2002). Kecerdasan spiritual lebih m,erupakan sebuah konsep yang
berhubungan dengan bagaimana seorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan
makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya.
Kecerdasan spiritual meliputi hasrat untuk bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan seseorang untuk
senantiasa mencari makna hidup (the
meaning of life) (Mujib dan Mudzakir, 2001).
Dalam
buku ini, kecerdasan spiritual seseorang
diartikan sebagai kemampuan seseorang yang memiliki kecakapan transender,
kesadaran yang tinggi untuk menjalani kehidupan, menggunakan sumber-sumber
spiritual untuk memecahkan masalah hidup, dan berbudi luhur. Ia mampu
berhubungan dengan baik dengan Tuhan, manusia, alam dan dirinya sendiri.[1]
Orang
yang cerdas spiritualnya akan menjalani hidupnya sesuai dengan yang diajarkan
agamanya. Sebagai orang Islam, kita menjalankan hidup sesuai dengan yang
dikehendaki pencipta kita: Allah. Orang Islam yang cerdas spiritualnya akan
bersandar kepada Allah. Mereka tidak bekerja demi perempuan, karena pasti
perempuan itu akan berpisah dengannya, mungkin karena mati atau mungkin
berpisahkarena sebab lain. Orang yang cerdas spiritualnya tidak bekerja demi
anak, karena anaknya akan mempunyai kehidupannya sendiri dan kelak mereka akan
berpisah. Mereka juga tidak bekerja demi jabatan, karena jabatan hanya
sementara.
Muslim
yang cerdas spiritualnya akan berusaha keras untuk mempunyai akhlak mulia.
Akhlak seperti Nabi Muhammad. Sifat itu adalah jujur, cerdas, menyampaikan, dan
dapat dipercaya. Mereka mencontohkan Nabi Muhammad seperti teguih pendirian,
suka mendamaikan perselisihan antarmanusia, dermawan, mendahulukan kepentingan
orang lain, rendah hati, suka menolong, berserah diri, cinta karena Allah,
menjaga rahasia, sabar, lemah lembut, pemaaf, patuh, menjaga kehormatan diri,
dan memuliakan orang lain.
PENTINGNYA
PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL BAGI BALITA
Dengan
mengembangkan kecerdasan spiritual balita, kita bisa berharap anak kita akan
berkembang seutuhnya. Mereka tidak hanya cerdas intelektual dan emosional,
tetapi juga cerdas rohani.
Kita
bisa berharap anak kita menjadi orang yang sederhana dan mandiri. Sifat dan
sikap apa lagi yang bisa kita harapkan berkembang pada diri anak kita? Dengan
mengembangkan kecerdasan spiritual balita, kita bisa berharap anak kita akan
menjadi jujur, adil, kasih/sayang, cinta damai, sederhana, berwawasan jauh,
mandiri, atau sifat-sifat baik lainnya seperti yang ada dalam sifat-sifat
Tuhan.
Dengan
mengetahui kecerdasan spiritual kita bisa membimbing anak kita ke arah yang
baik. Kita bisa mendidik anak untuk :
a.
Mengenal
keesaan Allah;
b.
Mengenal
kebesaran Allah;
c.
Mencintai
Allah;
d.
Berdoa
setiap hari;
e.
Belajar
sholat;
f.
Berada
dalam perjalanan menjadi baik;
g.
Berani
untuk berpendirian pada kebenar;
h.
Kehidupan
anak anda sebagai makhluk spiritual;
i.
Mencintai
semua manusia;
j.
Menahan
diri untuk tidak melanggar hukum, berbuat baik terhadap orang lain;
k.
Mencintai
tumbuhan;
l.
Mencintai
binatang;
m.
Berbuat
sesuai dengan perkataannya;
n.
Bersyukur
atas keberuntungannya;
o.
Jujur;
p.
Amanah
(memegang janji);
q.
Toleran
terhadap perbedaan;
r.
Anti
kekerasan;
s.
Tawadlu’
(rendah hati);
t.
Hemat,
tidak konsumtif dan tidak boros;
u.
Dermawan;
v.
Sopan;
w.
Dapat
dipercaya;
x.
Menjadi
orang yang terbuka;
y.
Sabar;
z.
Mandiri.
Akhirnya,
dengan memasrahkan diri kepada Allah, marilah kita didik anak-anak kita menjadi
anak yang cerdas secara spiritual.
MODEL
PENDIDIKAN SPIRITUAL UNTUK BALITA
Pendidikan
spiritual yang bisa dikembangkan pada diri anak balita adalah pendidikan
pengembangan kecerdasan spiritual dalam berbagai hubungan. Pendidikan ini
mendidik anak dalam berhubungan dengan Tuhan, pengembangan diri, berhubungan
dengan orang lain, dan berhubungan dengan alam.
Apa
yang bisa dikembangkan dari diri anak? Ada beberapa hal yang bisa dikembangkan
pada diri anak. Berikut pendidikan yang akan dibahas dalam artikel ini.
1.
Pendidikan
cinta dan kasih sayang.
2.
Pendidikan
percaya diri.
3.
Pendidikan
cerdas.
4.
Pendidikan
adil.
5.
Pendidikan
mandiri.
6.
Pendidikan
perhatian.
7.
Pendidikan
jujur.
8.
Pendidikan
dermawan.
9.
Pendidikan
sabar.
10.
Pendidikan
bersyukur
11.
Pendidikan
kebersihan.
Pendidikan
ini bisa dilakukan dengan (a) contoh perbuatan, (b) nasihat, (c) permainan, (d)
teka teki, (e) cerita, (f) lagu, (g) pembiasaan tingkah laku, dan (h)
pembiasaan perkataan. Berikut ini akan dicontohkan satu persatu.
A.
Pendidikan
cinta dan kasih sayang
Pendidikan cinta dan kasih sayang adalah pendidikan kepada anak
kita ntuk menumbuhkan perasaan cinta dan kasing sayang diri anak kita kepada
Tuhan, diri sendiri, orang lain, hewan, tumbuhan, dan kepada alam sekitar.
Setiap kita akan melakukan perbuatan yang baik, kita akan memulai dengan
menyebut nama AllahYang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al Fatihah
(1):1). Tidak ada lebih pemurah dan tidak ada yang lebih penyayang kecuali
Allah. Sebagai makhluknya, sekuat tenaga kita harus menjadi mnusia yang pemurah
dan penyayang.
1.
Contoh
perbuatan (dari Orang Tua)
Apa yang anda contohkan kepada bayi atau anak tentang cinta dan
kasih sayang? Memberi contoh merupakan cara yang tepat untuk menanamkan rasa
cinta dan kasih sayang anak. Ibu bisa melakukan hal-hal berikut ini.
a.
Terapkan
terapan 4 S: Senyum, Sapa, Salam,Sayang.
b.
Susui
bayi dengan tulus dan sayang. Bila ibu tidak tulus menyesui bayinya, bayi akan
merontak dan nangis. Susu yang ia minum juga tidak memberi manfaat secara
maksimal. Sebelum menyusui baca basmalah. Rancanglah pakaian yang anda gunakan
untuk menusui sedemikian rupa, sehingga saat anda menyusui, aurot anda tidak
tampak.
c.
Tatap
wajahnya saat bayi menyusui dengan sayang.
d.
Susui
sendiri nbayi anda. Ibu yang tidak menyusui bayinya karena takut payudaranya
jadi kendor, biasanya sering terserang tumor payudara.
e.
Gendong
bayi dengan kasih sayang.
f.
Mandikan
bayi atau anak anda dengan tulus dan kasih sayang. Ini kesempatan anda untuk berdekatan kepada
bayi atau anak anda. Setelah dewasa, mereka tidak mau kita mandikan lagi.
g.
Jangan
sering menitipkan bayi atau anak kepada orang lain.
h.
Biasakan
membelai rambut atau kepala bayi atau anak anda, sambil doakan agar menjadi
anak yang sholih atau sholihah.
i.
Peluklah
putera atau puteri anda pad saat yang tepat.
j.
Biasakan
mencium bayi atau anak anda.
k.
Jangan
sakiti dia dengan memukul, mencubit, menampar apalagi tanpa alasan yang kuat
(hukuman harus mendidik dan tidak boleh membahayakan anak).
l.
Jangan
manjakan anak anda secara berlebihan.
m.
Ajaklah
anak-anak untuk mencintai Allah Swt dengan sholat bersama.
n.
Tunjukkan
kepadanya binatang-binatang beserta namanya. Beritahukan bahwa itu ciptaan
Allah Swt.
o.
Tunjukkan
kepadanya bahwa ibu menyayangi binatang dengan cara memelihara dengan cinta dan
sayang, merawatnya atau mengelus-elusnya.
p.
Tunjukkan
kepadanya tumbuh-tumbuhan beserta namanya.
2.
Nasihat
Anak seusia ini masih sulit untuk dinasihati. Oleh karena itu,
jangan sering-sering menasihati, bila tidak perlu. Bila anak anda melakukan hal
hal yang bertentangan dengan sifat atau perbuatan sayang, nasihatilah dia agar
berbuat sayang.
Hindari sebisa mungkin kata kata negatif seperti “jangan”, “tidak”,
“dilarang”, atau bentuk lainnya.
3.
Permainan
Lewat permainan, kita bisa menanamkan sifat cinta dan kasih sayang
kepada anak. Dengan cara ini, anak akan belajar
tentang cinta dan kasih sayang dengan perasaan senang. Berikut ini salah
satu contoh permainan mengganti kata.
Anak diminta untuk mengucapkan kata “ aku sayang ayah “. Bila Ibu
menyebut “ibu”, anak diminta untuk mengganti kata “ayah” dengan kata “ibu”,
sehingga ia harus mengucap “aku sayang ibu”.
4.
Teka-teki
Teka-teki merupakan cara utuk mengajak anak berpikir kritis.
Ajaklah anak anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang anda berikan.
Pertanyaan ini mengajak anak untuk mengetahui tentang Tuhan yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang; orang-orang yang harus disayangi; atau cara menyayangi
seseorang atau sesuatu.
a.
Ini
kaki. Siapa yang menciptakannya? (jawabnya:Allah)
b.
Siapakah
yang menyayangi semua manusia? (jawabnya:Allah)
c.
Siapakah
yang menyayangi semua tumbuhan? (jawabnya:Allah)
d.
Siapakah
yang menyayangi semua hewan? (jawabnya:Allah)
e.
Apakah
kamu sayang kepada Ibu?
f.
Apakah
kamu sayang kepada Allah?
g.
Apakah
kamu sayang kepada kakak?
h.
Apakah
kamu sayang kepada bunga?
i.
Apakah
kamu sayang kepada kucing?
5.
Cerita
Cerita merupakan cara yang cocok untuk menanamkan rasa cinta dan
kasih sayang kepada anak. Cerita ini bisa ibu sampaikan menjelang tidur atau pada saat-saat sedang santai. Salah satu
cerita itu adalah sebagai berikut.[2]
Cinta Abdullah bin Umar kepada Pengemis
Suatu hari
Abdullah bin Umar sakit agak berat. Setelah beliau sembuh, beliau ingin makan
ikan. Ketika itu ikan amat sulit untuk didapati. Disuruhnya orang mencari ikan
kemana-mana. Setelah mendapatkan ikan, lalu dibawa pulang dan dimasak.
Ketika beliau
hendak memakan ikan di pembaringan, di luar terdengar seorang yang mengemis
minta makan. Beliau berkata kepada pembantunya, “ Bungkus ikan itu dengan
rotinya sekalian dan berikan kepada orang yang minta makanan itu!”
Karena sulit
mencarinya dan karena sayang kepada tuannya, ikan dan roti itu tidak diberikan
kepada peminta-minta. Ikan itu disembunyikannya.
Sebagai
gantinya, peminta-minta itu diberi uang satu dirham. Peminta-minta itu sangat
gembira dan dengan muka girang dia pun keluar.
Pembantu itu
kembali lagi membawa ikan dan roti tadi kepada Abdullah bin Umar dan
menceritakan perbuatannya, bahwa roti dan ikan itu telah digantinya dengan
uang.
Abdullah bin
Umar menyuruh pembantu itu menjemput peminta-minta tadi kembali dan menyerahkan
ikan dan roti itu kepadanya. Dia mengorbankan keinginannya karena ada orang
lain yang lebih membutuhkan makan.
B.
Pendidikan
Percaya Diri
Pendidikan ini bertujuan agar anak mempunyai rasa percaya diri
terhadap kemampuan dirinya. Pendidikan ini menjadikan anak tidak rendah diri
dan kurang pergaulan. Hal ini bukan berarti anak harus sombong.
1.
Contoh
atau Perbuatan (dari Orang Tua)
a.
Beri
nama kepada anak kita dengan nama yang indah dan bermakna baik.
b.
Kenakan
anak kita dengan pakaian islami.
c.
Jangan
mencela anak dengan kata-kata jelek dan label negatif, seperti:
“bodoh kamu!”,
“Goblok!”,”Otak kamu dimana!”, “Dari tadi tidak becus!”, “Pemalas!”
d.
Jangan
melebih-lebihkan dalam memarahi, seperti:
“Kamu selalu
ceroboh!” (padahal dia baru sekali melakukan kecerobohan).
e.
Jangan
membandingkan dengan orang lain dalam nada yang merendahkan, seperti:
“Kamu kok tidak
bisa-bisa, lihat itu si Ayu yang sudah pandai.”
2.
Nasehat
Berilah nasehat dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut.
a.
Jangan
bercanda dengan bayi atau anak dengan ungkapan yang negatif, seperti:
“Anak kok jelek
seperti ini.”,”Anak kok nakal begini.”
b.
Sebaiknya
anda bercanda dengan ucapan yang positif, seperti:
“Ciluk ba anak
salih”,”Hai , anak yang rajin sholat”
c.
Beri
pujian pada anak saat dia melakukan perbuatan yang bisa menumbuhkan kepercayaan
diri.
d.
Beri
dorongan agar ia percaya diri: berani mengambil suatu barang sendiri, berani
berjalan sendiri, berani berbicara.
e.
Jangan
banyak melarang! Larangan yang tidak beralasan dan tidak tepat agar mematikan
kepercayaan diri anak!
3.
Pembiasaan
Tingkah Laku
Biasakan ia berani melakukan tindakan sendiri. Bila anak melakukan
keberanian, berilah pujian atau penghargaan.
4.
Pembiasaan
Perkataan
C.
Pendidikan
Cerdas
Pendidikan ini adalah pendidikan kepada anak agar anak tumbuh menjadi
anak yang tajam dalam olah pikir (mengerti, memahami, memilih, memilah,
menyimpulkan, menilai). Perlu diingat, salah satu sifat Nabi Muhmmad adalah
cerdas, seperti dalam dalam Alquran Surat An-Najm: 6,”yang mmpunyai akal yang
cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”. Dalam hal ini
hendaknya bisa menirunya.
1.
Contoh
atau Perbuatan
a.
Biasakan
membaca Alquran didepan anak.
b.
Biasakan
membaca doa sebelum belajar.
c.
Biasakan
membaca hamdalah setelah belajar. Jelaskan kepada Allah bahwa nikmat itu
berasal dari Allah.
d.
Biasakan
menghitung benda-benda di hadapan anak.
2.
Nasihat
Ibu bisa
menasehati langsung untuk berfikir dan bertindak cerdas. Bentuk nasihat itu
adalah sebagai berikut.
a.
Nabi
Muhammad itu orang yang cerdas lho.
b.
Ayo
kita lihat buku ini, apa isinya!
c.
Ayo
kita perbaiki mainan ini!
d.
Enak
lho jadi orang cerdas itu, tidk bisa ditipu orang.
e.
Kita
tidak boleh sombong kalu kita punya ilmu, karena ilmu pemberian Allah.
3.
Pembiasaan
Tingkah Laku
a.
Biasakan
anak untuk suka membaca.
b.
Ajari
anak untuk membaca Al-Quran, sebelum membaca huruf latin.
c.
Biasakan
anak untuk menghitung benda yang diamati.
d.
Biasakan
anak untuk suka mengamati sesuatu (bintang di langit, kehebatan lebah, dan
sebagainya).
e.
Biasakan
anak untuk memecahkan masalah (teka-teki, mencari peluang, menemukan jalan,
menemukan cara, dan sebagainya).
f.
Biasakan
anak untuk suka memperbaiki alat dan permainannya sendiri yang rusak.
4.
Pembiasaan
Perkataan
a.
Ajaklah
anak untuk berdoa sebelum belajar.
b.
Ajaklah
anak untuk bersyukur karena telah dikarunia kemampuan untuk berpikir.
c.
Sebelum
belajar, biasakan anak untuk berdoa “Robbi Zidni Ilma”.
D.
Pendidikan
Adil
Pendidikan adil adalah pendidikan kita kepada anak agar ia tumbuh
menjadi anak yang adil, baik terhadap Tuhan, diri, sesama manusia, hewan,
tumbuhan, maupun kepada alam sekitar.
Kita diwajibkan untuk berbuat adil. Keadilan ini harus kita jaga
saat menjadi saksi. Kita harus adil meskipun kepada orang yang kita benci. Hal
ini dapat kita simak dalam firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah : 8).
Pendidikan yang adil bagi anak adalah pendidikan yang sesuai dengan
dunia anak-anak. Dunia yang penuh dengan permainan, khayalan, dan menyenangkan.
E.
Pendidikan
Mandiri
Pendidikan untuk mandiri adalah pendidikan kepada anak agar ia
mempunyai sikap mau mengusahakan dan berbuat sesuatu atas kesadaran dan usaha
sendiri. Ia tidak mudah menggantungkan kepada orang lain.
Pada zaman dahulu, anak raja sering dititipkan kepada orang
kepercayaan raja di desa. Setelah dewasa baru ia diberi tahu bahwa ia adalah
anak raja. Pendidikan semacam ini bertujuan untuk menghindarkan anak dari sifat
manja. Yang lebih penting adalah mendidik anak untuk mandiri. Ibu tidak perlu
meniru harus menitipkan putra ibu kepada orang lain sejak kecil. Yang perlu
ditiru adalah mendidik putra ibu untuk mandiri sejak kecil.
F.
Pendidikan
Perhatian
Pendidikan perhatian adalah pendidikan yang kita berikan kepada
anak kita agar mereka mau memerhatikan Tuhan, sesama, hewan, tumbuhan, dan
lingkungannya.
G.
Pendidikan
Jujur
Pendidikan jujur adalah pendidikan kepada anak agar ia bisa
bertindak jujur, baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri, maupun kepada orang
lain. Ia bisa jujur, baik saat diawasi orang maupun tidak sedang diawasi.
H.
Pendidikan
Dermawan
Pendidikan dermawan adalah pendidikan untuk melatih anak menjadi
dermawan. Pendidikan ini harus dimulai dari yang sedikit hingga yang banyak,
dari yang kecil hingga yang besar. Pendidikan ini harus dilakukan terus menerus
sejak dini.
Tanamkan kepada anak bahwa rejeki itu datangnya dari Allah. Karena
itu, kita tidak perlu sayang bila harus mendermakan uang atau makanan kita
kepada orang lain karena Allah pasati akan menggantinya dengan berlipat ganda.
Seperti yang difirmankan Allah dala Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 261.
I.
Pendidikan
Sabar
Pendidikan sabar adalah pendidikan kepada anak untuk menumbuhkan
sifat sabar. Dengan sabar, orang tidak mudah menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka, tidak lesu, dan tidak menyerah. Setelah di bom atom negara
Jepang hancur. Seandainya bangsa Jepang tidak mempunyai kesabaran, mungkin kita
tidak akan mengenal bangsa Jepang yang menguasai perekonomian dunia.
Allah menyukai orang yang sabar. (lihat QS. Ali Imron : 146) dan
Allah beserta orang orang yang sabar (QS. Al-Baqarah : 153) Kita juga diminta untuk
meminta pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.
J.
Pendidikan
Bersyukur
Pendidikan bersyukur adalah pendidikan untuk melatih anak untuk
bersyukur. Orang yang bersyukur adalah orang pandai berterima kasih kepada
Tuhan dan sesama manusia. Dalam penelitian Masaru Emoto, air yang ditempeli
tulisan “terima kasih” ternyata membentuk kristal yang indah, sedangkan air
yang ditempeli tulisan “kamu bodoh” kristalnya akan rusak. Manusia terdiri atas
70% air.Orang yang pandai bersyukur hidupnya akan indah dan sehat jiwanya,
sedangkan orang yang tidak pandai bersyukur hidupnya akan menderita.
K.
Pendidikan
Kebersihan
Pedidikan kebersihan adalah pendidikan kepada anak agar hidup
bersih, baik bersih secara jasmani maupun jiwa yang bersih. Allah menyukai
oarng orang yang bersih.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KECERDASAN SPIRITUAL
Ada
beberapa faktor yang menentukan kecerdasan spiritual seseorang, diantaranya
adalah:[3]
a.
Sel
saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan lahiriah kita. Ia
mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu
mengorganisasikan diri. Menurut penelitian yang dilakukan pada era 1990-an
dengan menggunakan WEG (Magneto-Encephalo-Graphy) membuktikan bahwa osilasi sel
saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.
b.
God-Spot
(Fitrah)
Seorang ahli saraf dari California University yaitu V.S.
Ramachandran telah berhasil menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia,
yang merupakan pusat spiritual, maka ia dipandang sebagai faktor penentu.
Ada tiga sebab yang membuat seseorang terhambat spiritualnya yaitu:
a.
Tidak
mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali.
b.
Telah
mengembangkan beberapa bagian, namun tidka proporsional, atau cara yang negatif
atau destruktif.
c.
Bertentangannya
atau buruknya antara bagian-bagian.
TIPS MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
1.
Mengubah perspektif Anda
Tips
meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) Anda yang pertama adalah mengubah
perspketif Anda. Mengubah perspektif Anda dapat Anda lakukan dengan memberikan
pertanyaan pada diri Anda sendiri tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Apa
sebenarnya yang menjadi tujuan dari kehidupan?. Ketika Anda menggali lebih
dalam lagi dan bertanya pada diri sendiri tentang tujuan hidup Anda, Anda akan
menemukan dua hal, yakni aktualisasi diri dan pelayanan kepada sesama manusia.
Aktualisasi
diri adalah suatu perjalanan penemuan diri untuk selalu belajar terus menerus,
tumbuh dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Pelayanan kepada sesama manusia
adalah tentang bagaimana membantu orang lain. Dengan memiliki aktualisasi diri
dan pelayan kepada sesama manusia akan mengurangi penderitaan dalam kehidupan
diri sendiri maupun orang lain.
2.
Meluangkan waktu untuk lebih tenang
Meluangkan
waktu untuk lebih tenang adalah tips kedua yang dapat Anda lakukan untuk
meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) Anda. Dengan meluangkan waktu akan memberikan
kesempatan otak, pikiran dan jiwa Anda untuk dapat berfikir dengan lebih
tenang. Dengan keadaan yang tenang akan membuat otak, pikiran dan jiwa Anda
mampu memikirkan hal-hal lain diluar hal materi fisik maupun panca indra.
Dengan memiliki waktu tenang, Anda akan mampu menemukan jati diri Anda dan
tujuan dari kehidupan Anda.
3.
Berfikir dari sudut pandang yang berbeda
Tips
meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) selanjutnya adalah mencoba berfikir
diluar kebiasaan Anda. Artinya mencoba memikirkan sesuatu dari sudut pandang
yang berbeda dari sudut pandang Anda biasanya. Melihat dan memikirkan sesuatu
dengan perspektif atau cara pandang yang lebih luas dan menyikapi segala
sesuatu dari sudut pandang yang positif sehingga Anda akan menemukan
keterkaitan dalam segala hal didunia ini.
4.
Refleksi
Tips
meningkatkan kecerdasan spiritual yang terakhir adalah melakukan refleksi.
Dengan melakukan refleksi Anda akan bisa mengingat peristiwa atau
kejadian-kejadian dalam hidup Anda dan Anda akan mampu merenungkan dan menemukan
makna dibalik setiap peristiwa atau kejadiaan dalam kehidupan Anda.
KESIMPULAN
Dari uraian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual bukan menjadi
satu-satunya barometer kesuksesan seseorang. Namun ada kecerdasan yang lebih penting
dan mampu membawa seseorang menjadi lebih sukses yaitu kecerdasan spiritual.
Karena kecerdasan spiritual adalah inti dari kesadaran yang membuat orang mampu menyadari siapa dirinya
dan bagaimana orang memberi makna terhadap kehidupan. Agar kecerdasan spiritual
itu selalu terpatri dalam diri peserta didik, maka lembaga pendidikan
formal dalam hal ini sekolah dasar,
perlu meningkatkan kecerdasan spritual pada peserta didik. terkait dengan hal
ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain; (1) menjadi teladan
bagi peserta didik; (2) membantu peserta didik merumuskan missi hidup mereka; (3) baca alqur’an bersama peserta
didik dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita; (4) menceritakan pada peserta
didik tentang kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual; (5) mengajak
peserta didik berdiskusi dalam berbagai
persoalan dengan perspektif ruhaniah;
(6) mengajak peserta didik kunjungan ke tempat-tempat orang yang menderita; (7)
membacakan puisi-puisi atau lagu-lagu dan mendengarkan musik yang bersifat
spiritual dan inspirasional; (8) mengajak peserta didik menikmati keindahan
alam; (9) mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Kamilia, Nadya.
2015. Korelasi Antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan
Prestasi Belajar PAI siswa kelas XI SMA N 1 Pekalongan tahun ajaran 2014-2015,
Thesis Sarjana Pendidikan. Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan.
[1] Wahyudi
Siswanto, Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak, (Jakarta:Amzah, 2010),
Hlm. 11.
[2] Slamet
Abdullah, Raja Kodok yang Cerdik, (Jakarta: Penerbit Tri Daya Inti, 1986),
Hlm. 42.
[3] Nadya Kamilia,
Korelasi Antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi
Belajar PAI siswa kelas XI SMA N 1 Pekalongan tahun ajaran 2014-2015, Thesis
Sarjana Pendidikan, (Pekalongan:Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2015), Hlm. 31.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar