Sabtu, 10 Desember 2016

Contoh Artikel Pendidikan Anak Usia Dini

Standard

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL BAGI ANAK BALITA
Qurrota A'yun
Abstrak
Kecerdasan intelektual memang menentukan keberhasilan seseorang. Akan tetapi, sebenarnya ada kecerdaasan lain yang lebih penting, yang menentukan kebahagiaan seseorang. Bukankah kebahagiaanlah yang kita cari di dunia ini? Bukan harta, pangkat, atau jabatan. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan yang tertinggi yang dimiliki manusia. Kecerdasan spiritual tidak tumbuh saat dewasa. Akan tetapi, harus dipupuk dan dibangkitkan semenjak dini. Artikel ini merupakan panduan bagaimana menstimulasi kecerdasan spiritualsejak dini kepada anak. Dengan kecerdasan siritual, kita dapat memahami esensi kita di dunia ini. Dengan demikian, diharapkan kita dapat bermanfaat bukan saja bagi diri kita, melainkan juga orang-orang disekitar kita. Kecerdasan spiritual juga membukakan mata batin kita, bahwa ada kekuatan diluar diri kita yang lebih besar. Kekuatan tersebut adalah Tuhan. Dengan kecerdasan spiritual, kedekatan dengan-Nya pun dapat terjalin harmonis.
Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual, Model Pendidikan, dan Anak Balita
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk yang paling sempurna  diciptakan, manusia dikaruniai akal dan kecerdasan. Dengan akal dan kecerdasannya tersebut, manusia dapat menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi ini. Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan intelektual merupakan syarat minimum kompetensi. Dalam mencapai kesuksesan, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual lebih berperan. Selama ini ada anggapan yang keliru mengenai barometer anak yang berkualitas. Lembaga pendidikan bertahun-tahun mengagungkan prestasi siswanya hanya dari perolehan nilai-nilai hasil ujian yang bersifat metematis saja, sedangkan kematangan kepribadian yang diperlihatkan dari nilai etika seakan terabaikan. Begitu pula fenomena yang terjadi dalam keluarga  dan masyarakat. Ranking kelulusan dianggap sebagai cerminan kualitas anak, yang baru didominasi oleh kemampuan intelektualnya saja. Pada hal kalau kita amati kecerdasan rapor (IQ,IP) hanya mengukur kemampuan bahasa dan metematika, sementara kreativitas,  kapasitas emosi, nuansa spiritual, dan hubungan sosial tidak diukur  oleh IQ (Taufik Pasiak, 2005: 121). Bertahun-tahun bahkan berabad-abad lamanya sampai hari ini, orang yang berIQ tinggi begitu dikagumi, namun setelah  sekian lama hal itu menjadi jastifikasi kesuksesan seseorang, perlahan-lahan tapi pasti ternyata tidak setiap orang yag ber-IQ tinggi  dapat meraih kesuksesan. Sebagian  besar orang yang ber-IQ tinggi mengalami kegagalan dalam menata hidupnya karena tidak diimbangi dengan kecerdasan spiritual. Betapa banyak orang cerdas bunuh diri akibat tidak mampu menerima kegagalan. Orang yang cerdas secara IQ dan miskin spiritual, pada umumnya selalu mengalami rasa cemas, takut gagal, dan cenderung kurang bergaul.Dalam mengatasi hal tersebut, maka perlu ada pengembangan kecerdasan spiritual anak, agar kelak mereka menjadi orang yang tetap istiqomah.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KECERDASAN SPIRITUAL
Secara terminologi, kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan pokok yang dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai, menempatkan tindakan atau suatu jalan hidup dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna. (Zohar dan Marshall, 2002). Kecerdasan spiritual lebih m,erupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana seorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kecerdasan spiritual meliputi hasrat untuk bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan seseorang untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) (Mujib dan Mudzakir, 2001).
Dalam buku ini, kecerdasan spiritual seseorang diartikan sebagai kemampuan seseorang yang memiliki kecakapan transender, kesadaran yang tinggi untuk menjalani kehidupan, menggunakan sumber-sumber spiritual untuk memecahkan masalah hidup, dan berbudi luhur. Ia mampu berhubungan dengan baik dengan Tuhan, manusia, alam dan dirinya sendiri.[1]
Orang yang cerdas spiritualnya akan menjalani hidupnya sesuai dengan yang diajarkan agamanya. Sebagai orang Islam, kita menjalankan hidup sesuai dengan yang dikehendaki pencipta kita: Allah. Orang Islam yang cerdas spiritualnya akan bersandar kepada Allah. Mereka tidak bekerja demi perempuan, karena pasti perempuan itu akan berpisah dengannya, mungkin karena mati atau mungkin berpisahkarena sebab lain. Orang yang cerdas spiritualnya tidak bekerja demi anak, karena anaknya akan mempunyai kehidupannya sendiri dan kelak mereka akan berpisah. Mereka juga tidak bekerja demi jabatan, karena jabatan hanya sementara.
Muslim yang cerdas spiritualnya akan berusaha keras untuk mempunyai akhlak mulia. Akhlak seperti Nabi Muhammad. Sifat itu adalah jujur, cerdas, menyampaikan, dan dapat dipercaya. Mereka mencontohkan Nabi Muhammad seperti teguih pendirian, suka mendamaikan perselisihan antarmanusia, dermawan, mendahulukan kepentingan orang lain, rendah hati, suka menolong, berserah diri, cinta karena Allah, menjaga rahasia, sabar, lemah lembut, pemaaf, patuh, menjaga kehormatan diri, dan memuliakan orang lain.
PENTINGNYA PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL BAGI BALITA
Dengan mengembangkan kecerdasan spiritual balita, kita bisa berharap anak kita akan berkembang seutuhnya. Mereka tidak hanya cerdas intelektual dan emosional, tetapi juga cerdas rohani.
Kita bisa berharap anak kita menjadi orang yang sederhana dan mandiri. Sifat dan sikap apa lagi yang bisa kita harapkan berkembang pada diri anak kita? Dengan mengembangkan kecerdasan spiritual balita, kita bisa berharap anak kita akan menjadi jujur, adil, kasih/sayang, cinta damai, sederhana, berwawasan jauh, mandiri, atau sifat-sifat baik lainnya seperti yang ada dalam sifat-sifat Tuhan.
Dengan mengetahui kecerdasan spiritual kita bisa membimbing anak kita ke arah yang baik. Kita bisa mendidik anak untuk :

a.         Mengenal keesaan Allah;
b.        Mengenal kebesaran Allah;
c.         Mencintai Allah;
d.        Berdoa setiap hari;
e.         Belajar sholat;
f.         Berada dalam perjalanan menjadi baik;
g.        Berani untuk berpendirian pada kebenar;
h.        Kehidupan anak anda sebagai makhluk spiritual;
i.          Mencintai semua manusia;
j.          Menahan diri untuk tidak melanggar hukum, berbuat baik terhadap orang lain;
k.        Mencintai tumbuhan;
l.          Mencintai binatang;
m.      Berbuat sesuai dengan perkataannya;
n.        Bersyukur atas keberuntungannya;
o.        Jujur;
p.        Amanah (memegang janji);
q.        Toleran terhadap perbedaan;
r.          Anti kekerasan;
s.         Tawadlu’ (rendah hati);
t.          Hemat, tidak konsumtif dan tidak boros;
u.        Dermawan;
v.        Sopan;
w.      Dapat dipercaya;
x.        Menjadi orang yang terbuka;
y.        Sabar;
z.         Mandiri.
Akhirnya, dengan memasrahkan diri kepada Allah, marilah kita didik anak-anak kita menjadi anak yang cerdas secara spiritual.
MODEL PENDIDIKAN SPIRITUAL UNTUK BALITA
Pendidikan spiritual yang bisa dikembangkan pada diri anak balita adalah pendidikan pengembangan kecerdasan spiritual dalam berbagai hubungan. Pendidikan ini mendidik anak dalam berhubungan dengan Tuhan, pengembangan diri, berhubungan dengan orang lain, dan berhubungan dengan alam.
Apa yang bisa dikembangkan dari diri anak? Ada beberapa hal yang bisa dikembangkan pada diri anak. Berikut pendidikan yang akan dibahas dalam artikel ini.
1.        Pendidikan cinta dan kasih sayang.
2.        Pendidikan percaya diri.
3.        Pendidikan cerdas.
4.        Pendidikan adil.
5.        Pendidikan mandiri.
6.        Pendidikan perhatian.
7.        Pendidikan jujur.
8.        Pendidikan dermawan.
9.        Pendidikan sabar.
10.    Pendidikan bersyukur
11.    Pendidikan kebersihan.
Pendidikan ini bisa dilakukan dengan (a) contoh perbuatan, (b) nasihat, (c) permainan, (d) teka teki, (e) cerita, (f) lagu, (g) pembiasaan tingkah laku, dan (h) pembiasaan perkataan. Berikut ini akan dicontohkan satu persatu.
A.      Pendidikan cinta dan kasih sayang
Pendidikan cinta dan kasih sayang adalah pendidikan kepada anak kita ntuk menumbuhkan perasaan cinta dan kasing sayang diri anak kita kepada Tuhan, diri sendiri, orang lain, hewan, tumbuhan, dan kepada alam sekitar. Setiap kita akan melakukan perbuatan yang baik, kita akan memulai dengan menyebut nama AllahYang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al Fatihah (1):1). Tidak ada lebih pemurah dan tidak ada yang lebih penyayang kecuali Allah. Sebagai makhluknya, sekuat tenaga kita harus menjadi mnusia yang pemurah dan penyayang.
1.         Contoh perbuatan (dari Orang Tua)
Apa yang anda contohkan kepada bayi atau anak tentang cinta dan kasih sayang? Memberi contoh merupakan cara yang tepat untuk menanamkan rasa cinta dan kasih sayang anak. Ibu bisa melakukan hal-hal berikut ini.
a.         Terapkan terapan 4 S: Senyum, Sapa, Salam,Sayang.
b.        Susui bayi dengan tulus dan sayang. Bila ibu tidak tulus menyesui bayinya, bayi akan merontak dan nangis. Susu yang ia minum juga tidak memberi manfaat secara maksimal. Sebelum menyusui baca basmalah. Rancanglah pakaian yang anda gunakan untuk menusui sedemikian rupa, sehingga saat anda menyusui, aurot anda tidak tampak.
c.         Tatap wajahnya saat bayi menyusui dengan sayang.
d.        Susui sendiri nbayi anda. Ibu yang tidak menyusui bayinya karena takut payudaranya jadi kendor, biasanya sering terserang tumor payudara.
e.         Gendong bayi dengan kasih sayang.
f.         Mandikan bayi atau anak anda dengan tulus dan kasih sayang.  Ini kesempatan anda untuk berdekatan kepada bayi atau anak anda. Setelah dewasa, mereka tidak mau kita mandikan lagi.
g.        Jangan sering menitipkan bayi atau anak kepada orang lain.
h.        Biasakan membelai rambut atau kepala bayi atau anak anda, sambil doakan agar menjadi anak yang sholih atau sholihah.
i.          Peluklah putera atau puteri anda pad saat yang tepat.
j.          Biasakan mencium bayi atau anak anda.
k.        Jangan sakiti dia dengan memukul, mencubit, menampar apalagi tanpa alasan yang kuat (hukuman harus mendidik dan tidak boleh membahayakan anak).
l.          Jangan manjakan anak anda secara berlebihan.
m.      Ajaklah anak-anak untuk mencintai Allah Swt dengan sholat bersama.
n.        Tunjukkan kepadanya binatang-binatang beserta namanya. Beritahukan bahwa itu ciptaan Allah Swt.
o.        Tunjukkan kepadanya bahwa ibu menyayangi binatang dengan cara memelihara dengan cinta dan sayang, merawatnya atau mengelus-elusnya.
p.        Tunjukkan kepadanya tumbuh-tumbuhan beserta namanya.
2.         Nasihat
Anak seusia ini masih sulit untuk dinasihati. Oleh karena itu, jangan sering-sering menasihati, bila tidak perlu. Bila anak anda melakukan hal hal yang bertentangan dengan sifat atau perbuatan sayang, nasihatilah dia agar berbuat sayang.
Hindari sebisa mungkin kata kata negatif seperti “jangan”, “tidak”, “dilarang”, atau bentuk lainnya.
3.         Permainan
Lewat permainan, kita bisa menanamkan sifat cinta dan kasih sayang kepada anak. Dengan cara ini, anak akan belajar  tentang cinta dan kasih sayang dengan perasaan senang. Berikut ini salah satu contoh permainan mengganti kata.
Anak diminta untuk mengucapkan kata “ aku sayang ayah “. Bila Ibu menyebut “ibu”, anak diminta untuk mengganti kata “ayah” dengan kata “ibu”, sehingga ia harus mengucap “aku sayang ibu”.
4.         Teka-teki
Teka-teki merupakan cara utuk mengajak anak berpikir kritis. Ajaklah anak anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang anda berikan. Pertanyaan ini mengajak anak untuk mengetahui tentang Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang; orang-orang yang harus disayangi; atau cara menyayangi seseorang atau sesuatu.
a.         Ini kaki. Siapa yang menciptakannya? (jawabnya:Allah)
b.        Siapakah yang menyayangi semua manusia? (jawabnya:Allah)
c.         Siapakah yang menyayangi semua tumbuhan? (jawabnya:Allah)
d.        Siapakah yang menyayangi semua hewan? (jawabnya:Allah)
e.         Apakah kamu sayang kepada Ibu?
f.         Apakah kamu sayang kepada Allah?
g.        Apakah kamu sayang kepada kakak?
h.        Apakah kamu sayang kepada bunga?
i.          Apakah kamu sayang kepada kucing?
5.         Cerita
Cerita merupakan cara yang cocok untuk menanamkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak. Cerita ini bisa ibu sampaikan menjelang tidur  atau pada saat-saat sedang santai. Salah satu cerita itu adalah sebagai berikut.[2]
Cinta Abdullah bin Umar kepada Pengemis
Suatu hari Abdullah bin Umar sakit agak berat. Setelah beliau sembuh, beliau ingin makan ikan. Ketika itu ikan amat sulit untuk didapati. Disuruhnya orang mencari ikan kemana-mana. Setelah mendapatkan ikan, lalu dibawa pulang dan dimasak.
Ketika beliau hendak memakan ikan di pembaringan, di luar terdengar seorang yang mengemis minta makan. Beliau berkata kepada pembantunya, “ Bungkus ikan itu dengan rotinya sekalian dan berikan kepada orang yang minta makanan itu!”
Karena sulit mencarinya dan karena sayang kepada tuannya, ikan dan roti itu tidak diberikan kepada peminta-minta. Ikan itu disembunyikannya.
Sebagai gantinya, peminta-minta itu diberi uang satu dirham. Peminta-minta itu sangat gembira dan dengan muka girang dia pun keluar.
Pembantu itu kembali lagi membawa ikan dan roti tadi kepada Abdullah bin Umar dan menceritakan perbuatannya, bahwa roti dan ikan itu telah digantinya dengan uang.
Abdullah bin Umar menyuruh pembantu itu menjemput peminta-minta tadi kembali dan menyerahkan ikan dan roti itu kepadanya. Dia mengorbankan keinginannya karena ada orang lain yang lebih membutuhkan makan.
B.       Pendidikan Percaya Diri
Pendidikan ini bertujuan agar anak mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan dirinya. Pendidikan ini menjadikan anak tidak rendah diri dan kurang pergaulan. Hal ini bukan berarti anak harus sombong.
1.         Contoh atau Perbuatan (dari Orang Tua)
a.         Beri nama kepada anak kita dengan nama yang indah dan bermakna baik.
b.        Kenakan anak kita dengan pakaian islami.
c.         Jangan mencela anak dengan kata-kata jelek dan label negatif, seperti:
“bodoh kamu!”, “Goblok!”,”Otak kamu dimana!”, “Dari tadi tidak becus!”, “Pemalas!”
d.        Jangan melebih-lebihkan dalam memarahi, seperti:
“Kamu selalu ceroboh!” (padahal dia baru sekali melakukan kecerobohan).
e.         Jangan membandingkan dengan orang lain dalam nada yang merendahkan, seperti:
“Kamu kok tidak bisa-bisa, lihat itu si Ayu yang sudah pandai.”
2.         Nasehat
Berilah nasehat dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut.
a.         Jangan bercanda dengan bayi atau anak dengan ungkapan yang negatif, seperti:
“Anak kok jelek seperti ini.”,”Anak kok nakal begini.”
b.        Sebaiknya anda bercanda dengan ucapan yang positif, seperti:
“Ciluk ba anak salih”,”Hai , anak yang rajin sholat”
c.         Beri pujian pada anak saat dia melakukan perbuatan yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri.
d.        Beri dorongan agar ia percaya diri: berani mengambil suatu barang sendiri, berani berjalan sendiri, berani berbicara.
e.         Jangan banyak melarang! Larangan yang tidak beralasan dan tidak tepat agar mematikan kepercayaan diri anak!
3.         Pembiasaan Tingkah Laku
Biasakan ia berani melakukan tindakan sendiri. Bila anak melakukan keberanian, berilah pujian atau penghargaan.
4.         Pembiasaan Perkataan

C.       Pendidikan Cerdas
Pendidikan ini adalah pendidikan kepada anak agar anak tumbuh menjadi anak yang tajam dalam olah pikir (mengerti, memahami, memilih, memilah, menyimpulkan, menilai). Perlu diingat, salah satu sifat Nabi Muhmmad adalah cerdas, seperti dalam dalam Alquran Surat An-Najm: 6,”yang mmpunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”. Dalam hal ini hendaknya bisa menirunya.
1.        Contoh atau Perbuatan
a.    Biasakan membaca Alquran didepan anak.
b.    Biasakan membaca doa sebelum belajar.
c.    Biasakan membaca hamdalah setelah belajar. Jelaskan kepada Allah bahwa nikmat itu berasal dari Allah.
d.   Biasakan menghitung benda-benda di hadapan anak.
2.        Nasihat
Ibu bisa menasehati langsung untuk berfikir dan bertindak cerdas. Bentuk nasihat itu adalah  sebagai berikut.
a.    Nabi Muhammad itu orang yang cerdas lho.
b.    Ayo kita lihat buku ini, apa isinya!
c.    Ayo kita perbaiki mainan ini!
d.   Enak lho jadi orang cerdas itu, tidk bisa ditipu orang.
e.    Kita tidak boleh sombong kalu kita punya ilmu, karena ilmu pemberian Allah.
3.        Pembiasaan Tingkah Laku
a.    Biasakan anak untuk suka membaca.
b.    Ajari anak untuk membaca Al-Quran, sebelum membaca huruf latin.
c.    Biasakan anak untuk menghitung benda yang diamati.
d.   Biasakan anak untuk suka mengamati sesuatu (bintang di langit, kehebatan lebah, dan sebagainya).
e.    Biasakan anak untuk memecahkan masalah (teka-teki, mencari peluang, menemukan jalan, menemukan cara, dan sebagainya).
f.     Biasakan anak untuk suka memperbaiki alat dan permainannya sendiri yang rusak.
4.        Pembiasaan Perkataan
a.    Ajaklah anak untuk berdoa sebelum belajar.
b.    Ajaklah anak untuk bersyukur karena telah dikarunia kemampuan untuk berpikir.
c.    Sebelum belajar, biasakan anak untuk berdoa “Robbi Zidni Ilma”.
D.      Pendidikan Adil
Pendidikan adil adalah pendidikan kita kepada anak agar ia tumbuh menjadi anak yang adil, baik terhadap Tuhan, diri, sesama manusia, hewan, tumbuhan, maupun kepada alam sekitar.
Kita diwajibkan untuk berbuat adil. Keadilan ini harus kita jaga saat menjadi saksi. Kita harus adil meskipun kepada orang yang kita benci. Hal ini dapat kita simak dalam firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang beriman jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah : 8).
Pendidikan yang adil bagi anak adalah pendidikan yang sesuai dengan dunia anak-anak. Dunia yang penuh dengan permainan, khayalan, dan menyenangkan.
E.       Pendidikan Mandiri
Pendidikan untuk mandiri adalah pendidikan kepada anak agar ia mempunyai sikap mau mengusahakan dan berbuat sesuatu atas kesadaran dan usaha sendiri. Ia tidak mudah menggantungkan kepada orang lain.
Pada zaman dahulu, anak raja sering dititipkan kepada orang kepercayaan raja di desa. Setelah dewasa baru ia diberi tahu bahwa ia adalah anak raja. Pendidikan semacam ini bertujuan untuk menghindarkan anak dari sifat manja. Yang lebih penting adalah mendidik anak untuk mandiri. Ibu tidak perlu meniru harus menitipkan putra ibu kepada orang lain sejak kecil. Yang perlu ditiru adalah mendidik putra ibu untuk mandiri sejak kecil.


F.        Pendidikan Perhatian
Pendidikan perhatian adalah pendidikan yang kita berikan kepada anak kita agar mereka mau memerhatikan Tuhan, sesama, hewan, tumbuhan, dan lingkungannya.
G.      Pendidikan Jujur
Pendidikan jujur adalah pendidikan kepada anak agar ia bisa bertindak jujur, baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri, maupun kepada orang lain. Ia bisa jujur, baik saat diawasi orang maupun tidak sedang diawasi.
H.      Pendidikan Dermawan
Pendidikan dermawan adalah pendidikan untuk melatih anak menjadi dermawan. Pendidikan ini harus dimulai dari yang sedikit hingga yang banyak, dari yang kecil hingga yang besar. Pendidikan ini harus dilakukan terus menerus sejak dini.
Tanamkan kepada anak bahwa rejeki itu datangnya dari Allah. Karena itu, kita tidak perlu sayang bila harus mendermakan uang atau makanan kita kepada orang lain karena Allah pasati akan menggantinya dengan berlipat ganda. Seperti yang difirmankan Allah dala Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 261.
I.         Pendidikan Sabar
Pendidikan sabar adalah pendidikan kepada anak untuk menumbuhkan sifat sabar. Dengan sabar, orang tidak mudah menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka, tidak lesu, dan tidak menyerah. Setelah di bom atom negara Jepang hancur. Seandainya bangsa Jepang tidak mempunyai kesabaran, mungkin kita tidak akan mengenal bangsa Jepang yang menguasai perekonomian dunia.
Allah menyukai orang yang sabar. (lihat QS. Ali Imron : 146) dan Allah beserta orang orang yang sabar (QS. Al-Baqarah : 153) Kita juga diminta untuk meminta pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.
J.         Pendidikan Bersyukur
Pendidikan bersyukur adalah pendidikan untuk melatih anak untuk bersyukur. Orang yang bersyukur adalah orang pandai berterima kasih kepada Tuhan dan sesama manusia. Dalam penelitian Masaru Emoto, air yang ditempeli tulisan “terima kasih” ternyata membentuk kristal yang indah, sedangkan air yang ditempeli tulisan “kamu bodoh” kristalnya akan rusak. Manusia terdiri atas 70% air.Orang yang pandai bersyukur hidupnya akan indah dan sehat jiwanya, sedangkan orang yang tidak pandai bersyukur hidupnya akan menderita.
K.      Pendidikan Kebersihan
Pedidikan kebersihan adalah pendidikan kepada anak agar hidup bersih, baik bersih secara jasmani maupun jiwa yang bersih. Allah menyukai oarng orang yang bersih.




FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECERDASAN SPIRITUAL
Ada beberapa faktor yang menentukan kecerdasan spiritual seseorang, diantaranya adalah:[3]
a.         Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan lahiriah kita. Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu mengorganisasikan diri. Menurut penelitian yang dilakukan pada era 1990-an dengan menggunakan WEG (Magneto-Encephalo-Graphy) membuktikan bahwa osilasi sel saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.
b.        God-Spot (Fitrah)
Seorang ahli saraf dari California University yaitu V.S. Ramachandran telah berhasil menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia, yang merupakan pusat spiritual, maka ia dipandang sebagai faktor penentu.
Ada tiga sebab yang membuat seseorang terhambat spiritualnya yaitu:
a.         Tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali.
b.        Telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidka proporsional, atau cara yang negatif atau destruktif.
c.         Bertentangannya atau buruknya antara bagian-bagian.

TIPS MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
1.        Mengubah perspektif Anda
Tips meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) Anda yang pertama adalah mengubah perspketif Anda. Mengubah perspektif Anda dapat Anda lakukan dengan memberikan pertanyaan pada diri Anda sendiri tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari kehidupan?. Ketika Anda menggali lebih dalam lagi dan bertanya pada diri sendiri tentang tujuan hidup Anda, Anda akan menemukan dua hal, yakni aktualisasi diri dan pelayanan kepada sesama manusia.
Aktualisasi diri adalah suatu perjalanan penemuan diri untuk selalu belajar terus menerus, tumbuh dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Pelayanan kepada sesama manusia adalah tentang bagaimana membantu orang lain. Dengan memiliki aktualisasi diri dan pelayan kepada sesama manusia akan mengurangi penderitaan dalam kehidupan diri sendiri maupun orang lain.
2.        Meluangkan waktu untuk lebih tenang
Meluangkan waktu untuk lebih tenang adalah tips kedua yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) Anda. Dengan meluangkan waktu akan memberikan kesempatan otak, pikiran dan jiwa Anda untuk dapat berfikir dengan lebih tenang. Dengan keadaan yang tenang akan membuat otak, pikiran dan jiwa Anda mampu memikirkan hal-hal lain diluar hal materi fisik maupun panca indra. Dengan memiliki waktu tenang, Anda akan mampu menemukan jati diri Anda dan tujuan dari kehidupan Anda.
3.        Berfikir dari sudut pandang yang berbeda
Tips meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) selanjutnya adalah mencoba berfikir diluar kebiasaan Anda. Artinya mencoba memikirkan sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang Anda biasanya. Melihat dan memikirkan sesuatu dengan perspektif atau cara pandang yang lebih luas dan menyikapi segala sesuatu dari sudut pandang yang positif sehingga Anda akan menemukan keterkaitan dalam segala hal didunia ini.
4.        Refleksi
Tips meningkatkan kecerdasan spiritual yang terakhir adalah melakukan refleksi. Dengan melakukan refleksi Anda akan bisa mengingat peristiwa atau kejadian-kejadian dalam hidup Anda dan Anda akan mampu merenungkan dan menemukan makna dibalik setiap peristiwa atau kejadiaan dalam kehidupan Anda.


KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual bukan menjadi satu-satunya barometer kesuksesan seseorang. Namun ada kecerdasan yang lebih penting dan mampu membawa seseorang menjadi lebih sukses yaitu kecerdasan spiritual. Karena kecerdasan spiritual adalah inti dari kesadaran yang  membuat orang mampu menyadari siapa dirinya dan bagaimana orang memberi makna terhadap kehidupan. Agar kecerdasan spiritual itu selalu terpatri dalam diri peserta didik, maka lembaga pendidikan formal  dalam hal ini sekolah dasar, perlu meningkatkan kecerdasan spritual pada peserta didik. terkait dengan hal ini, ada beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain; (1) menjadi teladan bagi peserta didik; (2) membantu peserta didik merumuskan missi hidup  mereka; (3) baca alqur’an bersama peserta didik dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita; (4) menceritakan pada peserta didik tentang kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual; (5) mengajak peserta didik berdiskusi dalam  berbagai persoalan dengan  perspektif ruhaniah; (6) mengajak peserta didik kunjungan ke tempat-tempat orang yang menderita; (7) membacakan puisi-puisi atau lagu-lagu dan mendengarkan musik yang bersifat spiritual dan inspirasional; (8) mengajak peserta didik menikmati keindahan alam; (9) mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan sosial.




DAFTAR PUSTAKA
Kamilia, Nadya. 2015. Korelasi Antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi Belajar PAI siswa kelas XI SMA N 1 Pekalongan tahun ajaran 2014-2015, Thesis Sarjana Pendidikan. Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan.



[1] Wahyudi Siswanto, Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak, (Jakarta:Amzah, 2010), Hlm. 11.
[2] Slamet Abdullah, Raja Kodok yang Cerdik, (Jakarta: Penerbit Tri Daya Inti, 1986), Hlm. 42.
[3] Nadya Kamilia, Korelasi Antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi Belajar PAI siswa kelas XI SMA N 1 Pekalongan tahun ajaran 2014-2015, Thesis Sarjana Pendidikan, (Pekalongan:Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2015), Hlm. 31.