BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kegiatan konsumsi memainkan peranan sentral dalam
performa ekonomi suatu Negara. Suatu kegiatan konsumsi yang relatif tinggi
terhadap pendapatan mengidentifikasikan bahwa investasi yang rendah dan
pertumbuhan yang lambat dan penghematan yang tinggi menuntun pada invesatsi
tinggi dan pertumbuhan cepat.
Interkasi antara pengeluaran dan pendapatan
memainkan peran yang sangat berbeda selama ekspansi dan kontraksi siklus
bisnis. Ketika kondisi-kondisi ekonomi memberikan kenaikan terhadap konsumsi
dan investasi yang berkembang dengan cepat, maka hal ini akan meningkatkan total
pengeluaran atau permintaan agregat, menaikkan output dan lapangan kerja dalam
jangka pendek. Ledakan ekonomi Amerika Serikat pada akhir tahun 1990-an terutama
disulut oleh pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam pengeluaran konsumen. Dan
ketika konsumsi jatuh karena pajak yang lebih tinggi atau hilangnya kepercayaan
konsumen seperti yang terjadi di jepang pada tahun 1990-an, ini cenderung
mengurangi total pengeluaran dan menyebabkan resesi.
Oleh karena itu sesuatu hal yang sangat penting
untuk mempelajari perilaku konsumen untuk memahami baik siklus bisnis
jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka pendek,
konsumsi merupakan komponen utama dari keseluruhan pembelanjaan. Ketika
konsumsi berubah secara tajam, perubahan itu mungkin mempengaruhi output dan
lapangan kerja melalui dampaknya tehadap keseluruhan permintaan.
Selain itu perilaku
konsumsi penting karena apa yang tidak dikonsumsi tersedia untuk negara untuk
investasi dalam barang-barang kapital baru; kapital berfungi sebagai penggerak
di belakang pertumbuhan ekonomi jangka-panjang dan oleh karena itu, studi perilaku
konsumsi merupakan kunci untuk memahami sebagian faktor pertumbuhan ekonomi dan
siklus bisnis.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan makalah ini adalah
sebagai berikut: “ Apakah Konsep Teori Perilaku Konsemuen?”.
Masalah
konsep teori perilaku konsumen tersebut menjadi beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a.
Apa alasan para
pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada harga rendah dan
mengurangi pembelianya pada harga tinggi?
b.
Bagaimana
seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli
dari pendapatan yang diperolehnya?
c.
Kapan konsumen akan mencapai kepuasan maksimum?
d.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam proses konsumsi?
e.
Bagaimana pola konsumen membelanjakan pendapatannya?
1.3
Tujuan Penulisan
a.
Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji
tentang konsep “Teori Perilaku Konsumen”.
b.
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen.
c.
Menambah pengetahuan bagaimana pola konsumen
membelanjakan pendapatannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah
pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari
konsumsi di antara yang paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor,
makanan, dan perawatan medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan
yang dapat diramalkan dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka
antara makanan, pakaian dan hal-hal pokok lainya.
Sejumlah pertanyaan
muncul saat kita berbicara tentang kegiatan konsumen untuk membeli, kita tidak
tahu mengapa orang-orang membeli suatu produk baru, keinginan apa yang mereka
penuhi dan penjelasan-penjelasan yang mungkin ada secara psikologis dan
sosiologi mengenai mengapa konsumen membeli satu produk dan bukan produk
lainya. Hal inilah yang membuat kita perlu untuk mengetahui dan mempelajari
segala hal tentang perilaku konsumen dalam kegiatan konsumsi. Teori tingkah
laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen di pasaran, yaitu
menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan
dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk: teori utility dan analisis
kepuasan sama.
Perilaku
konsumen timbul karena adanya kendala dalam keterbatasan pendapatan di satu
sisi dan di sisi lain adanya keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa
sebanyak-banyaknya. Pada intinya yang akan dijelaskan dalam teori perilaku
konsumen adalah bagaimana fungsi permintaan konsumen itu berbentuk dan lebih
jelasnya kapan kepuasan konsumen itu tercapai. Teori perilaku konsumen pada
dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen itu mendayagunakan sumber daya yang ada
(uang) dalam rangka memuaskan kebutuhan/keinginan dari satu atau lebih produk.
Penilaian kepuasan umumnya bersifat subjektif baik bagi pemakai langsung maupun
bagi penilai.
Jadi, Perilaku konsumen
adalah studi dari proses keputusan mengapa konsumen dapat membeli dan
mengkonsumsi produk-produk (RW.Griffin & RJ. Ebert,
2003:366).
2.2
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut judul salah satu studi
klasik, kita termasuk ke dalam “social animals”. Jadi, untuk memahami perilaku
konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat
bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis,
pribadi, sosial, dan budaya
(RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)
a.
Pengaruh
psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap
perseorangan.
b.
Pengaruh pribadi
mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
c.
Pengaruh sosial
mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh
orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan
rekan seprofesi.
d.
Pengaruh budaya
mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan
kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis
yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok
berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang,
pekerjaan, dan pendapatan.
Walaupun
seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk
faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen,
misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu,
yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas
kinerja merek produk itu.
3. Pendekatan Teroi Tingkah Laku Konsumen
Terdapat
dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan niali guna
(utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali
guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai
jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang
tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan)
kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit
barang tertentu.
2.3.1
Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal
memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu
barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek
yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang
lain.
Pendekatan ini
merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif
dari Austria seperti: Karl Menger,
Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon
Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang
atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek
yang menilai.
Dalam pendekatan ini
akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hokum
Gossen.
Ø Hukum
Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka
kepuasanya akan semakin menurun.
Ø Hukum
Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai
mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio
antara marginal utility dengan harga dari barang yang satu dengan
rasio marginal utility dengan harga
barang yang lain.
Hipotesis
utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal
yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan satu barang
akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus
menambah konsumsinya pada barang tersebut.
Dalam
hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna adalah jika
konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut: (Sadono Sukirno, 2005:130)
1.
Seseorang akan
memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila
perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan
perbandingan harga-harga barang tersebut.
2.
Seseorang akan
memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nialu
guna marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap
barang yang dikonsumsikan.
Dalam
pendekatan teori tingkah laku konsumen melelui pendekatan kardinal
terdapat sejumlah asumsi yang mesti
berlaku. Berikut beberapa asumsi dari pendekatan ini yang harus terpenuhi
adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )
a.
Daya guna diukur
dalam satuan uang/util.
b.
Konsumen
bersifat rasioanal, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan
batasan pendapatanya.
c.
Diminishing
marginal utility, artinya tambahan utilitas yang
diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas
tersebut.
d.
Pendapatan
konsumen tetap.
e.
Constan
marginal utility of money (daya guna marginal dari uang
tetap)
f.
Total
utility adalah additive
(melengkapi) dan independent (sendiri
atau tidak terikat)
g.
Barang normal
dan periode konsumsi berdekatan
Walaupun pendekatan ini
telah berhasil menyusun formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi
pendekatan ini masih dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan
kritik terhadap pendekatan ini antara lain: (Tati
Joerson & M.Fathorrozi, 2003:50)
1.
Sifat subyektif
dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.
2.
Constan
marginal utility of money, semakin banyak memiliki uang maka
penilaian terhadap uang itu semakin rendah.
3.
Diminishing
marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma,
sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.
2.3.2
Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Dengan menggunakan kedua kurva ini akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila garis anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan yang peling tinggi. Di mana persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini akan menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, beararti konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum, keadaan ini terkenal dengan sebutan garis keseimbangan konsumen. Dengan demikian, pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan sejumlah pendapatan tertentu.
Gambar
1.5 Garis Keseimbangan Konsumen
Seperti
halnya pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan
teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah
asumsi yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan
ordinal ini adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )
1.
Konsumen
Rasional
2.
Konsumen
mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya daya guna.
3.
Konsumen
mempunyai sejumlah uang tertentu
4.
Konsumen selalu
berusaha mencapai kepuasan maksimum
5.
Konsumen
konsisten
6.
Berlaku hukum
transitif
2.4
Efek-Efek Perubahan Harga, Pendapatan, dan Substitusi
Terhadap Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dalam kegiatan pembelian
sering dipengarugi oleh beberapa faktor ekonomi dari segi mikro ekonomi,
misalnya perubahan harga, perubahan pendapatan dan substitusi. Oleh karena,
ketika faktor-faktor tersebut berubah maka relatif pola perilaku konsumen dalam
proses kegiatan konsumsi juga mengalai perubahan.
Tabel
1.1 Efek-Efek Terhadap dan dari Perubahan Pendapatan, Substitusi, dan
harga
Jenis Efek
|
Pendapatan
Uang
|
Harga
|
Pendaptan Riel
|
Efek
pendapatan
Efek harga
Efek
substitusi
|
Berubah
Konstan
Berubah
|
Konstan
Berubah
Berubah
|
Berubah
Berubah
Konstan
|
2.4.1
Efek Perubahan Harga
Konsekuensi
yang paling menarik dari suatu perubahan yang dihadapi oleh konsumen adalah
efek harga. Di sini, harga-harga barang yang kita bicarakan relatif berubah
tetapi tidak ada variasi kompensasi pendapatan. Oleh karena itu, pendapatan
nyata konsumen bisa naik atau turun. Pendapatanya dalam bentuk uang memberikan
kepuasan yang lebih besar atau lebih kecil daripada sebelumnya karena
harga-harga telah berubah.
Kita
telah melihat bagaimana seorang konsumen dengan keinginan-keinginan tertentu
dan penghasilan yang tetap menentukan barang-barang apa yang harus dibeli dan
berapa banyak. Berdasarkan asumsi pokok tentang rasionalitas konsumen akan
berusaha mencapai posisi ekuilibrium baru sehingga ia bisa mencapai kepuasan
yang maksimal. Berbagai macam cara konsumen menghadapi suatu perubahan situasi.
Ada tiga perubahan penting yang mempengaruhi ekuilibrium pada suatu kurva
indiferensi, yaitu:
a.
Ada kemungkinan
keadaan konsumen menjadi lebih baik atau lebih buruk karena pendapatanya
berubah tetapi harga-harga tetap konstan. Kebutuhan-kebutuhan konsumen bisa
bertambah atau berkurang sesuai dengan pendapatanya semakin besar atau kecil
untuk dibelanjakan. Akibat-akibat perubahan semacam ini dinamakan efek-efek
pendapatan.
b.
Ada kemungkinan
harga-harga berubah tetapi pendapatan konsumen dalam bentuk uang juga berubah
sedemikian rupa dalam waktu yang bersamaan sehingga akibatnya ia tidak menjadi
lebih baik dan juga tidak menjadi lebih buruk. Namun sementara itu, ia akan
merasa lebih baik membeli baranag-barang yang harganya relatif murah lebih
banyak lagi. Ia akan mengganti barang-barang yang harganya relatif mahal dengan
barang-barang yang harganya relatif lebih murah. Akibat perubahan semacam ini
disebut efek-efek substitusi.
c.
Kemungkinan harga dari suatu barang bisa naik
atau turun, sedangkan pendapatan konstan,
sehingga konsumen bisa menjadi lebih buruk atau bisa menjadi lebih baik. Dalam
situasi seperti ini, konsumen tidak hanya harus mengatur kembali pembelianya
berdasarkan efek substitusi. Pendapatan riel-nya, penghasilanya dalam bentuk
barang-barang yang dibelinya, juga harus berubah.
Gambar 1.6 Grafik Efek Perubahan Harga Terhadap Perilaku
Konsumsi
2.4.2
Efek Perubahan
Pendapatan
Kalau
pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendaptan
riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang
diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya.
Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang
dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu
barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen
menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat perubahan harga terhadap
pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek
penggantian di dalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke
kanan bawah.
Ketika menjelaskan perkaitan antara teori nilai guna dan
teori permintaan telah diuraikan bahwa hukum permintaan yang menyatakan bahwa
ceteris paribus kalau harga naik permintaan berkurang atau sebaliknya kalau
harga turun permintaan bertambah, dapat diterangkan dengan menganilisis dua
faktor: faktor efek penggantian dan efek pendapatan. Dalam uraian itu pada
hakikatnya bahwa penurunan harga akan menambah permintaan karena: (Sadono
Sukirno, 2005:130)
v Konsumen lebih
banyak mengkonsumsi barang itu dan mengurangi konsumsi barang lain.
v Penurunan harga
menambah p-endapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan riil in nakan
menambah konsumsi berbagai barang (efek pendapatan).
Survei membuktikan
arti penting pendapatan setelah pajak sebagai penentu pengeluaran konsumsi.
Konsumsi pada makanan mengalami penurunan sebagai presentase pendapatan saat
pendapatan meningkat. Baik observasi maupun kajian statistik menunjukkan bahwa
tingkat pendapatan setelah pajak saat ini merupakan faktor sentral yang
menentukan konsumsi suatu negara.
Keluaraga-keluarga makin harus membelanjakan pendapatan
mereka terutama pada kebutuhan hidup: makanan dan perumahan. Karena pendapatan
meningkat, pengeluaran atas banyak barang makanan naik. Orang makan lebih
banyak dan lebih baik. Akan tetapi, ada batasan terhadap uang ekstra yang akan
dibelanjakan orang pada makanan ketika pendapatan mereka naik. Akibatnya, proposi total
pengeluaran yang diberikan untuk makanan menurun saat pendapatan meningkat.
Pengeluaran untuk pakaian, rekreasi, dan kendaraan
meningkat lebih banyak dari yang sebanding untuk pendapatan stelah pajak,
sampai pendapatan yang tinggi dicapai. Pengeluaran untuk barang-barang mewah
meningkat dalam proporsi yang lebih besar daripada pendapatan.
Ganbar 1.7 Grafik Efek Perubahan Pendapatan Terhadap Perilaku Konsumsi
Penelitian yang seksama menunjukkan bahwa para konsumen
biasanya memilih tingkat konsumsi mereka dengan teliti baik untuk pendapatan
saat ini maupun prospek pendapatan jangka-panjang. Agar dapat memahami bagaiman
konsumsi bergantung pada kecenderungan pendapatan jangka-panjang. Para ekonom
telah mengembangkan teori pendapatan-permanen dan hipotesis siklus-hidup.
Pendapatan permanen merupakan tingkat kecenderungan
pendapatan; yakni, pendaptan setelah menghilangkan pengaruh-pengaruh temporer
atau sementara. Teori pendapatan-permanen mengimplikasikan bahwa para konsumen
tidak merespon secara sama kepada semua kejutan pendapatan. Jika perubahan
dalan pendapatan nampaknya permanen, orang mungkin mengkonsumsi bagian yang
besar dari peningkatan dalam pendapatan. Di sisi lain jika perubahan pendapatan
jelas bersifat sementara maka suatu bagian yang signifikan dari pendapatan
tambahan mungkin ditabung.
Hipotesis siklus-kehidupan berasumsi bahwa orang menabung
pada dasarnya untuk memuluskan atau melancarkan kegiatan konsumsi mereka selam
hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun
yang mencukupi. Satu implikasi dari hipotesis siklus-kehidupan adalah bahwa suatu
program seperti jaminan sosial yang memberikan tambahan pendapatan yang
dermawan untuk masa pensiun akan mengurangi tabungan dari para pekerja setengah
baya karena mereka tidak lagi perlu menabung sebanyak untuk masa pensiun.
Ribuan
investigasi anggaran dari pola pengeluaran rumah tangga menunjukkan kesamaan
yang luar biasa pada pola perilaku yang umum dan kualitatif.
Tabel 1.2 Komponen-Komponen Utama Konsumsi Negara Amerika Serikat
Kategori
Konsumsi
|
|
Nilai
kategori, 1999
(milyar $)
|
Persen dari
total
|
Barang tahan lama
Kendaraaan
bermotor dan suku cadang
Mebel
dan perlengkapan rumah tangga
Lain-lain
|
316
291
152
|
759
|
12.1
|
Barang tidak lama
Makanan
Pakaian dan
sepatu
Brang-barang
energi
Lain-lain
|
904
306
139
494
|
1.843
|
29.5
|
Jasa
Perumahan
Operasi
rumah tangga
Transportasi
Perawatan
medis
Rekreasi
Lain-lain
|
903
362
255
941
246
948
|
3.655
|
58.4
|
Total pengeluaran konsumsi pribadi
|
6.257
|
|
100.0
|
(Sumber: Samuelson
& Nordhaus, “Ilmu Makro Ekonomi”. 2004: 126)
Gambar
1.6 Grafik Pola Komsumsi Warga Amerika
Serikat (Sumber:
Samuelson & Nordhaus, “Ilmu Makro Ekonomi”. 2004: 126)
2.4.3 Efek Pengganti (Substitusi)
Dalam
penurunan harga suau barang akan menyebabkan permintaan pada barang tersebut
semakin bertambah banyak. Penurunan harga barang tersebut mewujudkan nilai guna marginal per rupiah
yang lebih tinggi daripada nilai guna marginal marginal per rupiah dari
barang-barang lainya yang tidak berubah harganya. Maka, karena membeli barang
tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan pada barang tersebut menjadi
bertambah banyak apabila haragnya bertambah rendah. Dengan kata lain bahwa efek
penggantian akan menyebabkan konsumsi barang yang telah menjadi lebih murah dan
mengurangi konsumsi barang lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kegiatan
konsumsi oleh seorang
konsumen memainkan peranan sentral dalam performa ekonomi
suatu Negara. Suatu kegiatan konsumsi yang relatif tinggi terhadap pendapatan
mengidentifikasikan bahwa investasi yang rendah dan pertumbuhan yang lambat dan
penghematan yang tinggi menuntun pada invesatsi tinggi dan pertumbuhan cepat. Oleh karena itu sesuatu hal yang sangat
penting untuk mempelajari perilaku konsumen guna memahami baik siklus bisnis
jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka pendek, kegiatan
konsumsi merupakan komponen utama dari keseluruhan pembelanjaan.
Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan pola konsumsi pada seorang konsumen untuk mencapai kepuasan
maksimum, mulai dari perubahan pendapatan, harga barang dan substitusi serta faktor lainya dan ketika
konsumsi berubah secara tajam, perubahan itu mungkin mempengaruhi output dan
lapangan kerja melalui dampaknya tehadap keseluruhan permintaan.
3.2
Saran
Berdasarkan
isi dari konsep tentang “Teori Perilaku Konsumen” maka studi teori perilaku
konsumen adalah suatu hal yang sangat penting baik bagi para pengusaha, ekonom,
mahasiswa, dosen, guru ataupun pemerintah serta khalayak umum karena dengan
kita mempelajari dan memahami konsep teori dan perilaku konsumen dalam
membelanjakan sejumlah pendapatan yang dimilikinya, maka kita akan mengetahui
sejumlah pemahaman daripada siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan
ekonomi jangka-panjang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahman, Eeng dan Rohmana, Yana.
(2007). “Pengantar Teori Ekonomi Mikro”. LAB
EKOP dan KOPERASI UPI
Griffin, Ricky W. dan Ebert Ronald J. (2003). “Bisnis”. Jakarta: Prenhallindo.
Samuelson
dan Nordhaus. (2004). “Ilmu Makro Ekonomi.
Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Stoner, Alfred dan
Douglas C., Hague “Teori Ekonomi”. Jakarta:
PT.
Galia Indonesia
Sukirno,
Sadono. (2005). “Teori Pengantar Mikro
Ekonomi”. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar