Rabu, 02 Desember 2015

Makalah Teori Tingkah Laku Konsumen

Standard


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kegiatan konsumsi memainkan peranan sentral dalam performa ekonomi suatu Negara. Suatu kegiatan konsumsi yang relatif tinggi terhadap pendapatan mengidentifikasikan bahwa investasi yang rendah dan pertumbuhan yang lambat dan penghematan yang tinggi menuntun pada invesatsi tinggi dan pertumbuhan cepat.
Interkasi antara pengeluaran dan pendapatan memainkan peran yang sangat berbeda selama ekspansi dan kontraksi siklus bisnis. Ketika kondisi-kondisi ekonomi memberikan kenaikan terhadap konsumsi dan investasi yang berkembang dengan cepat, maka hal ini akan meningkatkan total pengeluaran atau permintaan agregat, menaikkan output dan lapangan kerja dalam jangka pendek. Ledakan ekonomi Amerika Serikat pada akhir tahun 1990-an terutama disulut oleh pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam pengeluaran konsumen. Dan ketika konsumsi jatuh karena pajak yang lebih tinggi atau hilangnya kepercayaan konsumen seperti yang terjadi di jepang pada tahun 1990-an, ini cenderung mengurangi total pengeluaran dan menyebabkan resesi.
Oleh karena itu sesuatu hal yang sangat penting untuk mempelajari perilaku konsumen untuk memahami baik siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka pendek, konsumsi merupakan komponen utama dari keseluruhan pembelanjaan. Ketika konsumsi berubah secara tajam, perubahan itu mungkin mempengaruhi output dan lapangan kerja melalui dampaknya tehadap keseluruhan permintaan.
Selain itu perilaku konsumsi penting karena apa yang tidak dikonsumsi tersedia untuk negara untuk investasi dalam barang-barang kapital baru; kapital berfungi sebagai penggerak di belakang pertumbuhan ekonomi jangka-panjang dan oleh karena itu, studi perilaku konsumsi merupakan kunci untuk memahami sebagian faktor pertumbuhan ekonomi dan siklus bisnis.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan makalah ini adalah sebagai berikut: “ Apakah Konsep Teori Perilaku Konsemuen?”.
Masalah konsep teori perilaku konsumen tersebut menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a.         Apa alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada harga rendah dan mengurangi pembelianya pada harga tinggi?
b.        Bagaimana seseorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya?
c.         Kapan konsumen akan mencapai kepuasan maksimum?
d.        Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses konsumsi?
e.         Bagaimana pola konsumen membelanjakan pendapatannya?

1.3    Tujuan Penulisan
a.        Menambah ilmu pengetahuan untuk para pembaca dan pengkaji tentang konsep “Teori Perilaku Konsumen”.
b.        Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
c.         Menambah pengetahuan bagaimana pola konsumen membelanjakan pendapatannya.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari konsumsi di antara yang paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor, makanan, dan perawatan medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan yang dapat diramalkan dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka antara makanan, pakaian dan hal-hal pokok lainya.
Sejumlah pertanyaan muncul saat kita berbicara tentang kegiatan konsumen untuk membeli, kita tidak tahu mengapa orang-orang membeli suatu produk baru, keinginan apa yang mereka penuhi dan penjelasan-penjelasan yang mungkin ada secara psikologis dan sosiologi mengenai mengapa konsumen membeli satu produk dan bukan produk lainya. Hal inilah yang membuat kita perlu untuk mengetahui dan mempelajari segala hal tentang perilaku konsumen dalam kegiatan konsumsi. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen di pasaran, yaitu menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk: teori utility dan analisis kepuasan sama.
Perilaku konsumen timbul karena adanya kendala dalam keterbatasan pendapatan di satu sisi dan di sisi lain adanya keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya. Pada intinya yang akan dijelaskan dalam teori perilaku konsumen adalah bagaimana fungsi permintaan konsumen itu berbentuk dan lebih jelasnya kapan kepuasan konsumen itu tercapai. Teori perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen itu mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam rangka memuaskan kebutuhan/keinginan dari satu atau lebih produk. Penilaian kepuasan umumnya bersifat subjektif baik bagi pemakai langsung maupun bagi penilai.
Jadi, Perilaku konsumen adalah studi dari proses keputusan mengapa konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi produk-produk  (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
            Menurut judul salah satu studi klasik, kita termasuk ke dalam “social animals”. Jadi, untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)
a.         Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
b.        Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.
c.         Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
d.        Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.
Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat  lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.

3.  Pendekatan Teroi Tingkah Laku Konsumen
Terdapat dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan niali guna (utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
2.3.1 Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.
Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hokum Gossen.
Ø  Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
Ø  Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility  dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.

Hipotesis utama teori niali guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang  akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.
                                                                                                                                                                                                                                                      
Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna adalah jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut: (Sadono Sukirno, 2005:130)
1.        Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga barang tersebut.
2.        Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nialu guna marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.
Dalam pendekatan teori tingkah laku konsumen melelui pendekatan kardinal terdapat  sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut beberapa asumsi dari pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan  Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )
a.         Daya guna diukur dalam satuan uang/util.
b.         Konsumen bersifat rasioanal, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatanya.
c.         Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut.
d.        Pendapatan konsumen tetap.
e.         Constan marginal utility of money (daya guna marginal dari uang tetap)
f.          Total utility adalah additive (melengkapi) dan independent (sendiri atau tidak terikat)
g.         Barang normal dan periode konsumsi berdekatan

Walaupun pendekatan ini telah berhasil menyusun formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi pendekatan ini masih dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan ini antara lain: (Tati Joerson & M.Fathorrozi, 2003:50)
1.         Sifat subyektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.
2.         Constan marginal utility of money, semakin banyak memiliki uang maka penilaian terhadap uang itu semakin rendah.
3.         Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma, sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.
2.3.2 Pendekatan Ordinal


Dalam pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.

 


Dengan menggunakan kedua kurva ini akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila garis  anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan yang peling tinggi. Di mana persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini akan menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, beararti konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum, keadaan ini terkenal dengan sebutan garis keseimbangan konsumen. Dengan demikian, pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan sejumlah pendapatan tertentu.


Gambar 1.5  Garis Keseimbangan Konsumen
Seperti halnya pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal ini  adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan  Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )
1.         Konsumen Rasional
2.         Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3.         Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
4.         Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
5.         Konsumen konsisten
6.         Berlaku hukum transitif

2.4    Efek-Efek Perubahan Harga, Pendapatan, dan Substitusi Terhadap Perilaku  Konsumen

 Perilaku konsumen dalam kegiatan pembelian sering dipengarugi oleh beberapa faktor ekonomi dari segi mikro ekonomi, misalnya perubahan harga, perubahan pendapatan dan substitusi. Oleh karena, ketika faktor-faktor tersebut berubah maka relatif pola perilaku konsumen dalam proses kegiatan konsumsi juga mengalai perubahan.
Tabel 1.1 Efek-Efek Terhadap dan dari Perubahan Pendapatan, Substitusi,  dan harga
Jenis Efek
Pendapatan Uang
Harga
Pendaptan Riel
Efek pendapatan
Efek harga
Efek substitusi

Berubah
Konstan
Berubah

Konstan
Berubah
Berubah
Berubah
Berubah Konstan


2.4.1   Efek Perubahan Harga
Konsekuensi yang paling menarik dari suatu perubahan yang dihadapi oleh konsumen adalah efek harga. Di sini, harga-harga barang yang kita bicarakan relatif berubah tetapi tidak ada variasi kompensasi pendapatan. Oleh karena itu, pendapatan nyata konsumen bisa naik atau turun. Pendapatanya dalam bentuk uang memberikan kepuasan yang lebih besar atau lebih kecil daripada sebelumnya karena harga-harga telah berubah.
 Kita telah melihat bagaimana seorang konsumen dengan keinginan-keinginan tertentu dan penghasilan yang tetap menentukan barang-barang apa yang harus dibeli dan berapa banyak. Berdasarkan asumsi pokok tentang rasionalitas konsumen akan berusaha mencapai posisi ekuilibrium baru sehingga ia bisa mencapai kepuasan yang maksimal. Berbagai macam cara konsumen menghadapi suatu perubahan situasi. Ada tiga perubahan penting yang mempengaruhi ekuilibrium pada suatu kurva indiferensi, yaitu: 
a.         Ada kemungkinan keadaan konsumen menjadi lebih baik atau lebih buruk karena pendapatanya berubah tetapi harga-harga tetap konstan. Kebutuhan-kebutuhan konsumen bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan pendapatanya semakin besar atau kecil untuk dibelanjakan. Akibat-akibat perubahan semacam ini dinamakan efek-efek pendapatan.
b.        Ada kemungkinan harga-harga berubah tetapi pendapatan konsumen dalam bentuk uang juga berubah sedemikian rupa dalam waktu yang bersamaan sehingga akibatnya ia tidak menjadi lebih baik dan juga tidak menjadi lebih buruk. Namun sementara itu, ia akan merasa lebih baik membeli baranag-barang yang harganya relatif murah lebih banyak lagi. Ia akan mengganti barang-barang yang harganya relatif mahal dengan barang-barang yang harganya relatif lebih murah. Akibat perubahan semacam ini disebut efek-efek substitusi.
c.          Kemungkinan harga dari suatu barang bisa naik atau turun, sedangkan   pendapatan konstan, sehingga konsumen bisa menjadi lebih buruk atau bisa menjadi lebih baik. Dalam situasi seperti ini, konsumen tidak hanya harus mengatur kembali pembelianya berdasarkan efek substitusi. Pendapatan riel-nya, penghasilanya dalam bentuk barang-barang yang dibelinya, juga harus berubah.

Gambar 1.6 Grafik Efek Perubahan Harga Terhadap Perilaku Konsumsi

2.4.2    Efek Perubahan Pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendaptan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat perubahan harga terhadap pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek penggantian di dalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Ketika menjelaskan perkaitan antara teori nilai guna dan teori permintaan telah diuraikan bahwa hukum permintaan yang menyatakan bahwa ceteris paribus kalau harga naik permintaan berkurang atau sebaliknya kalau harga turun permintaan bertambah, dapat diterangkan dengan menganilisis dua faktor: faktor efek penggantian dan efek pendapatan. Dalam uraian itu pada hakikatnya bahwa penurunan harga akan menambah permintaan karena: (Sadono Sukirno, 2005:130)
v  Konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang itu dan mengurangi konsumsi barang lain.
v  Penurunan harga menambah p-endapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan riil in nakan menambah konsumsi berbagai barang (efek pendapatan).
Survei  membuktikan arti penting pendapatan setelah pajak sebagai penentu pengeluaran konsumsi. Konsumsi pada makanan mengalami penurunan sebagai presentase pendapatan saat pendapatan meningkat. Baik observasi maupun kajian statistik menunjukkan bahwa tingkat pendapatan setelah pajak saat ini merupakan faktor sentral yang menentukan konsumsi suatu negara.
Keluaraga-keluarga makin harus membelanjakan pendapatan mereka terutama pada kebutuhan hidup: makanan dan perumahan. Karena pendapatan meningkat, pengeluaran atas banyak barang makanan naik. Orang makan lebih banyak dan lebih baik. Akan tetapi, ada batasan terhadap uang ekstra yang akan dibelanjakan orang pada makanan ketika pendapatan  mereka naik. Akibatnya, proposi total pengeluaran yang diberikan untuk makanan menurun saat pendapatan meningkat.
Pengeluaran untuk pakaian, rekreasi, dan kendaraan meningkat lebih banyak dari yang sebanding untuk pendapatan stelah pajak, sampai pendapatan yang tinggi dicapai. Pengeluaran untuk barang-barang mewah meningkat dalam proporsi yang lebih besar daripada pendapatan.

Ganbar 1.7 Grafik Efek Perubahan Pendapatan Terhadap Perilaku Konsumsi
Penelitian yang seksama menunjukkan bahwa para konsumen biasanya memilih tingkat konsumsi mereka dengan teliti baik untuk pendapatan saat ini maupun prospek pendapatan jangka-panjang. Agar dapat memahami bagaiman konsumsi bergantung pada kecenderungan pendapatan jangka-panjang. Para ekonom telah mengembangkan teori pendapatan-permanen dan hipotesis siklus-hidup.
Pendapatan permanen merupakan tingkat kecenderungan pendapatan; yakni, pendaptan setelah menghilangkan pengaruh-pengaruh temporer atau sementara. Teori pendapatan-permanen mengimplikasikan bahwa para konsumen tidak merespon secara sama kepada semua kejutan pendapatan. Jika perubahan dalan pendapatan nampaknya permanen, orang mungkin mengkonsumsi bagian yang besar dari peningkatan dalam pendapatan. Di sisi lain jika perubahan pendapatan jelas bersifat sementara maka suatu bagian yang signifikan dari pendapatan tambahan mungkin ditabung.
Hipotesis siklus-kehidupan berasumsi bahwa orang menabung pada dasarnya untuk memuluskan atau melancarkan kegiatan konsumsi mereka selam hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Satu implikasi dari hipotesis siklus-kehidupan adalah bahwa suatu program seperti jaminan sosial yang memberikan tambahan pendapatan yang dermawan untuk masa pensiun akan mengurangi tabungan dari para pekerja setengah baya karena mereka tidak lagi perlu menabung sebanyak untuk masa pensiun.
Ribuan investigasi anggaran dari pola pengeluaran rumah tangga menunjukkan kesamaan yang luar biasa pada pola perilaku yang umum dan kualitatif.

Tabel 1.2 Komponen-Komponen Utama Konsumsi Negara Amerika Serikat
Kategori Konsumsi



Nilai kategori, 1999
(milyar $)
Persen dari total
Barang tahan lama
Kendaraaan bermotor dan suku cadang
Mebel dan perlengkapan rumah tangga
Lain-lain

316
291
152
759

12.1
Barang tidak lama
Makanan
Pakaian dan sepatu
Brang-barang energi
Lain-lain

904
306
139
494
1.843
29.5
Jasa
Perumahan
Operasi rumah tangga
Transportasi
Perawatan medis
Rekreasi
Lain-lain

903
362
255
941
246
948
3.655
58.4
Total pengeluaran konsumsi pribadi
    6.257  

100.0
(Sumber: Samuelson & Nordhaus, “Ilmu Makro Ekonomi”. 2004: 126)                   














Gambar 1.6 Grafik Pola Komsumsi  Warga Amerika Serikat              (Sumber: Samuelson & Nordhaus, “Ilmu Makro Ekonomi”. 2004: 126)
2.4.3  Efek Pengganti (Substitusi)
Dalam penurunan harga suau barang akan menyebabkan permintaan pada barang tersebut semakin bertambah banyak. Penurunan harga barang tersebut  mewujudkan nilai guna marginal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marginal marginal per rupiah dari barang-barang lainya yang tidak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan pada barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila haragnya bertambah rendah. Dengan kata lain bahwa efek penggantian akan menyebabkan konsumsi barang yang telah menjadi lebih murah dan mengurangi konsumsi barang lain.
   
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Kegiatan konsumsi oleh seorang konsumen memainkan peranan sentral dalam performa ekonomi suatu Negara. Suatu kegiatan konsumsi yang relatif tinggi terhadap pendapatan mengidentifikasikan bahwa investasi yang rendah dan pertumbuhan yang lambat dan penghematan yang tinggi menuntun pada invesatsi tinggi dan pertumbuhan cepat. Oleh karena itu sesuatu hal yang sangat penting untuk mempelajari perilaku konsumen guna memahami baik siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang. Dalam jangka pendek, kegiatan konsumsi merupakan komponen utama dari keseluruhan pembelanjaan.
Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pola konsumsi pada seorang konsumen untuk mencapai kepuasan maksimum, mulai dari perubahan pendapatan, harga barang  dan substitusi serta faktor lainya dan ketika konsumsi berubah secara tajam, perubahan itu mungkin mempengaruhi output dan lapangan kerja melalui dampaknya tehadap keseluruhan permintaan.
3.2    Saran
Berdasarkan isi dari konsep tentang “Teori Perilaku Konsumen” maka studi teori perilaku konsumen adalah suatu hal yang sangat penting baik bagi para pengusaha, ekonom, mahasiswa, dosen, guru ataupun pemerintah serta khalayak umum karena dengan kita mempelajari dan memahami konsep teori dan perilaku konsumen dalam membelanjakan sejumlah pendapatan yang dimilikinya, maka kita akan mengetahui sejumlah pemahaman daripada siklus bisnis jangka-pendek maupun pertumbuhan ekonomi jangka-panjang.



DAFTAR PUSTAKA


Ahman, Eeng dan  Rohmana, Yana. (2007). “Pengantar Teori Ekonomi Mikro”. LAB EKOP dan KOPERASI UPI
Griffin, Ricky W. dan Ebert Ronald J. (2003). “Bisnis”. Jakarta: Prenhallindo.
Samuelson dan Nordhaus. (2004). “Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Stoner, Alfred dan Douglas C., Hague   “Teori  Ekonomi”.  Jakarta:  PT. Galia Indonesia
Sukirno, Sadono. (2005). “Teori Pengantar Mikro Ekonomi”. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

0 komentar:

Posting Komentar